Mungkin banyak yang bertanya apa bedanya pacaran
dengan pasangan sebelum dan setelah bekerja ? mungkin ada sebagian yang tahu
baik menurut sumber atau pengalaman sendiri. Kebetulan aku menjadi salah satu
dari alasan di atas, yaitu pengalaman sendiri yang ditunjang dengan sumber dari
pihak lain.
Mulanya pasti kaget dengan situasi yang berbeda dengan saat pacaran ketika dia belum
bekerja, dimana banyak dari waktunya tercurahkan untuk kita. Saat itu dia masih
kuliah, sama sepertiku yang saat ini masih menempuh pendidikan strata 1 di
salah satu universitas negeri di pulau Jawa. Aku dan dia berbeda angkatan, aku
berada 2 tahun di bawahnya. Aku bahagia, karena memang seperti itu yang
kuharapkan, mencari laki – laki yang lebih tua dari pada aku. Pertimbanganku
saat itu adalah, ketika aku memiliki pasangan yang lebih tua harapanku dia bisa
menjadi lebih dewasa daripada aku, bisa mengayomi dan membimbingku ke arah yang
lebih baik. Bukan berarti aku tidak mau dengan yang sebaya, karena menurutku
pola pikir dengan pasangan yang sebaya adalah sama, bisa jadi yang lebih dewasa
adalah pasangan wanitanya, karena menurut yang ku ketahui wanita lebih cepat
dewasa daripada laki laki baik dari fisik maupun non fisik. Itulah sebabnya aku
berharap bisa menemukan dia yang ku impikan, dan ternyata harapanku menjadi
kenyataan, puji syukur aku menemukan dia yang lebih tua daripada aku untuk
angkatan sekolahnya. Meskipun usia kami tidak berbeda jauh dan dapat katakan
sama tapi pola pikirnya lebih dewasa daripada aku, mungkin karena lingkungannya
yang lebih tua daripada dia sehingga mempengaruhi pola pikirnya. Tapi aku tetap
bersyukur dan bahagia memilikinya di sisiku saat ini, meskipun kami tidak bersama
untuk sementara ini, meskipun kami berada di tempat yang berbeda saat ini, di
tempat yang lumayan jauh dan berbeda pulau, meskipun begitu aku tetap bersyukur
karena kami masih berada di satu negara Indonesia tercinta, bukan di beda
negara atau di beda alam parahnya.
Kami masih bisa berkomunikasi dengan normal,
meskipun tidak seperti dulu.
Dulu ketika dia masih kuliah, kemana kemana
seringkali berengan, makan, jalan – jalan atau sekedar bertegur sapa melepas
rindu dalam waktu luang di beranda kosan. Tapi sekarang sudah tidak, kalau dulu
kemana – mana sering diantar kalau sekarang tidak, kalau dulu kuliah sering
dijemput sekarang tidak, kalau dulu kangen tinggal bilang dan langsung menuju
ke kosan, sekarang tidak, sekarang hampir 1800 berbalikan dengan
masa dulu, harus pergi ke kampus sendiri, harus makan sendiri, kemana – mana
sendiri, pulang nyetir sendiri, kangen, kangen sendiri,. Kalau kangen dulu
tinggal telpon atau sms, dia sering kali meluncur ke kosan kalau sekarang harus
ditahan dulu, ditahan apakah dia sedang istirahat atau tidak, harus ditahan
ketika menunggu untuk balesan sms saja lamanya minta ampun kadang – kadang,
harus ditahan ketika ingin bertemu sekarang mesti ngeliatin fotonya saja,
ditahan ketika ingin mendengarkan suaranya langsing tapi kini hanya lewat telepon. Semuanya harus
serba ditahan ingin berkomunikasi lebih lama lewat telepon, tapi kini berbeda
pembagian waktu harus saling mengerti di sini jam berapa di sana jam berapa.
Semuanya harus ditahan, harus sabar, harus tabah. Tapi aku masih beruntung dan
harus lebih bersyukur karena kami masih satu negara, kadang aku berpikir
beruntungnya aku masih dipisahkan dengan wilayah bukan dengan alam. Aku melihat
mereka yang telah berpisah alam, yang tidak bisa berkomunikasi sama sekali, aku
beruntung dan harus bersyukur masih bisa mendengar kabar, mendengar suaraya
atau melihatnya lewat alat komunikasi. Terimakasih Tuhan. J
tapi kadang – kadang tetap saja namanya manusia, aku
juga seringkali mengeluh kepada diriku sendiri, seringkali berbicara kepada
diriku sendiri. Kenapa mesti LDR an seperti saat ini. Apalagi ditambah dia
telah bekerja, jelas perhatian semakin berkurang dan berbeda dari dulu, aish
itu pikiran jahatku. Tapi kadang – kadang saat pikiran baikku muncul aku selalu
bersyukur, beruntungnya aku memiliki dia, beruntungnya aku memilikinya yang
kini telah berpenghasilan, melihat diluar sana tidak kurang dari 3 juta sarjana
yang menganggur. Mungkin banyak berubah, dulunya yang perhatian, hampir separuh
lebih waktu dalam sehari kami tidak berhenti berkomunikasi baik lewat sms,
telepon atau bertemu langsung, tapi sekarang berubah 180 derajat. Aku harus
lebih mengerti posisinya sekarang ini.
Memang berbeda pacaran saat sebelum dan setelah
bekerja. Percaya atau tidak masing masing dari kita harus saling memahami satu
sama lain, apalagi pasangan kita sedang berada di lingkungan yang berbeda dari
sebelumnya, adaptasi perlu. Aku ini pecemburu ulung, ntahlah apa yang terjadi
pada pikiranku, kadang aku takut sendiri ketika melihat dia dengan wanita lain,
walaupun kenyataanya dulu tidak pernah, pernah sih tapi aku tidak terlalu
cemburu karena aku kenal dengan teman perempuannya. Karena teman perempuannya
adalah temanku juga :D tapi seringkali aku cemburu kalau dia kenal dengan
wanita baru. Bayangkan saja perempuan mana yang tidak cemburu kalau pasangannya
dengan wanita lain, apalagi wanitanya lebih cantik, bisa dandan, feminim, dan
yang paling penting yang kita tahu, siapa si yang tidak tahu “ tresno jalaran
soko kulino “ ? yang artinya cinta itu datang karena kebiasaan. Yes all right,
aku benar – benar takut dengan hal itu, secara kalu wanita yang sudah bekerja
pasti lebih bisa merawat diri, sedangkan aku ? aku bukan termasuk perempuan
yang suka berhias diri, ya tampil apa adanya saja, paling hanya bermodalkan
pelembab, bedak yang tipis, maskara tipis dan sedikit pemoles bibir, simple kan ? kalau dibanding dengan
mereka yang ber make up lengkap ?
wallahuaa’lam. Terus aku harus gimana ?
Aku harus lebih baik dari yang kemarin, walaupun
sebenarnya mengharap lebih.
Aku percaya pada Tuhan, jodoh tidak akan kemana,
bukankah itu sudah termasuk dalam takdir Tuhan ? aku percaya, dan masih selalu berharap bahwa
dia yang menjadi pendamping hidupku kelak. Amin. Meskipun disisi lain aku
selalu berpikir keras dengan apa yang saat ini terjadi. Sering kali aku
memikirkan masa depan. Ntahlaah kadang aku bingung sendiri, ketika dihadapkan
pada cita citaku, pada kondisi saat ini dan pandangan di masa depan tentang
dia, jarak yang harus aku tempuh ketika cita – citaku berhasil tercapai antara
rumah dan kantor, jarak yang harus dia tempuh antara rumah dan kantor meskipun
aku bersedia pindah kesana, aku masih selalu berpikir, bagaimana jika nanti aku
telah memiliki seorang anak, jarak antara kantorku dengan rumahku kelak, aku masih
berpikir keras. Tapi berusaha meredamnya, Tuhan pasti punya rencana lain yang
lebih indah dan lebih baik, bukankah setelah kesulitan pasti ada kemudahan ?
Aku harus menyadari apa yang harus aku lakukan saat
ini, melakukan yang terbaik sebisa mungkin untuk menggapai mimpiku, garam di
laut asam di gunung, akhirnya bertemu di belanga, aku berharap aku dan dia bisa
menjadi satu yang utuh, bisa hidup bersama bukan hanya di alam dunia. amin
Semangat, semangat, semangat J